Postingan

Puisi

RINDU Ayah, Saat duka menyelinap masuk kedalam dada. saat rindu mengusik ditengah keheningan Sesak, tanpa ada ruang untuk bernafas. Berkali-kali tersadar,  "oh, iya" Kututup mataku, ku rasakan air mata yang hangat jatuh di pipi. Yang telah lama mendidih, karena menahan kerinduan. Aku berhasil,  Terlukis dengan indah semuanya, senyum tulusmu berada di depanku kini. Jiwaku rapuh, merintih.. Biar kurasakan bayangmu masuk kedalam atmaku. Dan lagi lagi aku tersadar, "ya, aku pernah" Aku bersyukur, karena aku memilikimu.

Diam-diam

Diam-diam Tidak perlu mengharap rasa Tidak perlu menduga, dan Tidak perlu menjawab iya Karena ia hadir sudah lama Diam-diam memang benar adanya Jika patah nanti? Memang sudah. Terkubur dan memahami Namun, waktu kembali membawa rasa yang baru. Saat ini memang belum, Aku memilih cara baru. Hanya ingin menjaga agar tidak patah kedua kali. Atau, mungkin menghapusnya diam-diam?

Resensi Novel “RINDU” Karya TERE LIYE

Gambar
Resensi Novel “RINDU” Karya TERE LIYE Identitas Buku Judul Buku : Rindu Penerbit : Republika Penulis : Tere Liye Editor : Andriyati Cover : Resoluzy Lay Out : Alfian ISBN : 978-602-8997-90-4 Jumlah Halaman : 544 Halaman Tahun Terbit : 2014 Cetakan Pertama : Oktober 2014 Harga : Rp 63.000,- Novel yang berjudul Rindu karya Tere Liye ini, menceritakan sebuah perjalanan panjang di atas sebuah kapal uap kargo terbesar yang bernama Blitar Holland. Perjalanan jauh dari Pelabuhan Makassar, menuju Surabaya, berhenti di Semarang dan Batavia, melintasi Selat Sunda menuju Lampung, menjelajahi Samudera Indonesia, menyebrangi lautan Pasifik, hingga menuju Jeddah. Penumpang  di dalamnya lebih dari seribu, berbagai belahan Nusantara ada di dalamnya. Sudah sejak lama, menunggu perjalanan ini untuk menunaikan ibadah haji. Buku ini membawa kita masuk ke dalam sejarah. Dimana penulis mengambil latar waktu pada tahun 1938. Saat Indonesia masih dikuasai...

sebuah monolog

Rasam Yang Sudah Padam (SEBUAH MONOLOG) Karya : Rahmi Suryati LIMA TAHUN LALU DIDALAM SEBUAH RUMAH SEDERHANA, HARI TERASA BEGITU PANJANG, JARUM JAM BERPUTAR SANGAT LAMBAT, TIAP DETIK NYA DIIRINGI DENGAN RASA TAKUT YANG TERUS MENYIKSA DIRI. BAYANGAN ITU HADIR, KETIKA RINDU MULAI MENGHAMPIRI, SEPERTI MEMUTAR FILM DIDALAM IMAJINASI. HITAM PUTIH, NAMUN MASIH TERBAYANG JELAS BAGAIMANA HANGAT DAN DINGIN NYA SUASANA DIKALA ITU. Saat langit mulai bewarna jingga, tandanya langit sebelah barat mulai menarik mentari, dengan diiringi nada shalawat yang   terdengar dari masjid. Keadaan didalam rumah hening, semua masuk kedalam kamar nya masing-masing, sambil memikirkan tentang bagaimana nanti. Aku pun terus merasa gelisah, pikiran ku mulai kacau, setiap kali maghrib tiba,   rasa ini terus hadir dan sudah menjadi kebiasaan. Ketika suara langkah sandal kayu mulai memantul diatas keramik,   suaranya masuk ke dalam kamar, dan kembali keluar. wad, yan, ma, mi, yad. ...

Puisi Akrostik

Puisi Akrostik Malu, Diam, Bisu Rahmi Suryati R asa kian terpaku, malu tuk beranjak  A sa bagai kabut yang menyelimut diatas ambang keyakinan H ilang, lalu tiba-tiba datang menyeret angin beku M emberi tanda, keadaan akan segera berbalik I lusi kian berburuk sangka M enyenggak diri yang tak bisa apa-apa A ngan terus mengikat tubuh N estapa pada akhirnya I ngin sesekali terlibat, namun diri terus membisu kaku S esudah itu pikiran kian beremuk

Garis Batas

Garis Batas Rahmi Suryati waktu membawa kita kedalam rasa yang berbeda. Di pertemukan dengan seseorang yang baru,  Memang bukan 'selalu' untuk menjadi tempat bertumpu, tumpah keluh kesah bukan? Berharap  bersua dengan yang serupa, Rupanya waktu tak mau membawa kita kedalam ruang yang sama. Mulai mencoba akrab, ketika waktu mulai beranjak.  Kemudian hilang di luar batas

Tentang Perjalanan

Tentang Perjalanan  Karya : Rahmi Suryati Banyak rasa yang terus merasai  Banyak luka yang terus melukai Ia yang terus berusaha demi mengejar kemenangan Ceritanya seolah membawa kedalam jurang pemisah Terjerembab di dalam ruang kosong penuh keraguan Memilih jeda dalam kebingungan  Atau melaju tanpa arah ? kedua nya terus beradu tanpa kebenaran