Resensi Novel “RINDU” Karya TERE LIYE
Resensi Novel “RINDU” Karya TERE LIYE
Identitas Buku
Judul Buku : Rindu
Penerbit : Republika
Penulis : Tere Liye
Editor : Andriyati
Cover : Resoluzy
Lay Out : Alfian
ISBN : 978-602-8997-90-4
Jumlah Halaman : 544 Halaman
Tahun Terbit : 2014
Cetakan Pertama : Oktober 2014
Harga : Rp 63.000,-
Novel yang berjudul Rindu karya Tere Liye ini, menceritakan sebuah perjalanan panjang di atas sebuah kapal uap kargo terbesar yang bernama Blitar Holland. Perjalanan jauh dari Pelabuhan Makassar, menuju Surabaya, berhenti di Semarang dan Batavia, melintasi Selat Sunda menuju Lampung, menjelajahi Samudera Indonesia, menyebrangi lautan Pasifik, hingga menuju Jeddah. Penumpang di dalamnya lebih dari seribu, berbagai belahan Nusantara ada di dalamnya. Sudah sejak lama, menunggu perjalanan ini untuk menunaikan ibadah haji.
Buku ini membawa kita masuk ke dalam sejarah. Dimana penulis mengambil latar waktu pada tahun 1938. Saat Indonesia masih dikuasai oleh Belanda. Diceritakan pada zaman itu, bahwa untuk menunaikan ibadah haji, bukan pergi dengan pesawat yang hitungan jam akan sampai. Namun, menggunakan sebuah kapal, dengan perjalanan selama 30 hari ditengah laut. Sembilan bulan kemudian baru kembali lagi ke tanah air dengan gelar Haji.
Penulis membungkus sebuah cerita dengan sangat rapih. Dengan membawa tema sejarah berbalut religi membuat cerita sangat mengesankan. Ketika membaca sampai pada halaman seratus, belum cukup untuk ditebak alurnya. Pembaca akan dibuat bingung dengan alur cerita, dan akan bertanya-tanya dimana letak Rindu dalam cerita ini? Penulis menceritakan dengan alur mundur, memunculkan tokoh-tokoh dalam cerita. Ketika kita mengikuti alur cerita yang dibuat, barulah pembaca akan paham dimana letak rindu itu, dan dapat mengetahui bagaimana karakter tokoh asli pada novel.
Pembaca diajak untuk bermain di dalam alur. Seringkali mencoba menebak kejadian cerita. Namun, Tere Liye berhasil menulis sebuah novelnya dengan teka-teki yang tidak bisa ditebak.
Berbagai peristiwa dimunculkan dengan penuh tanda tanya. Pada saat terjadi kerusakan pada kapal, pembaca akan menebak kapal ini akan tenggelam, seperti cerita Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Sehingga, salah satu tokoh yang selamat akan merasakan rindu pada suatu hari. Namun tidak, itu hanya sebuah tebakan ketika membaca, karena kerusakan pada kapal bukan masalah besar dalam cerita, karna Ambo uleng dapat mengatasi masalah itu dengan baik. Dimana puncaknya adalah ketika para perompak laut memasuki sebuah kapal untuk menguasai kapal secara paksa, yang melibatkan semua penumpang untuk berjuang bersama melawan prompak itu.
Selain itu, tokoh dalam cerita yang bernama Anna dan Elsa. Kakak beradik anak dari Daeng Andipati yang sangat menggemaskan. Tingkahnya yang lucu dan akrab terhadap sesama, banyak disukai oleh penumpang kapal. Istrinya baru diketahui sedang hamil saat tiga hari perjalanan. Istrinya akan kesulitan untuk beraktivitas di dalam kapal, dan artinya ia akan lahir di dalam kapal juga.
Tokoh Gurutta, yang awalnya menjadi salah satu penumpang yang dicurigakan oleh serdadu, namun ia menjadi orang yang paling dihormati di dalam kapal. Karena ilmu agamanya, sikapnya, dan setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya sangat menentramkan jiwa, ialah yang menjadi penasehat di dalam kapal. Namun, ia tertangkap dan sempat dipenjara oleh serdadu Belanda karna menulis sebuah buku tentang Kemerdekaan.
Penulis juga menuangkan kisah pasangan yang sudah tua di dalam kapal, Mbah Putri dan Mbah Kakung. Keduanya merupakan kekasih sejati. Namun, Mbah Putri meninggal diatas kapal saat diperjalanan menuju Jeddah. Membuatnya harus dimakamkan ditengah laut. Mbah Kakung sangat sedih, karena ia ingin dimakamkan di samping istrinya. Namun, setelah ibadah haji selesai. Mbah kakung meninggal saat menuju pulang, ia dimakamkan persis di atas lautan tempat Mbah Putri meninggal. Begitu banyak kisah yang tidak terduga, diselipkan di dalam novel. Bagaimana pemakaman ditengah laut? Kisah ini sekaligus memberikan banyak pengetahuan kepada pembaca.
Kisah perjalanan panjang selama di dalam kapal, dibuat tidak membosankan, meski latarnya hanya itu-itu saja, namun penulis bisa menggambarkan suasana yang berbeda disetiap alurnya. Cerita ini membawa kita untuk menemukan lima jawaban dalam hidup. Arti sebuah kehilangan, arti cinta sejati, arti kebahagiaan, sebuah kenyataan yang harus dihadapi, dan berani bergerak untuk mengambil sebuah kemenangan. Banyak pesan-pesan religi yang disampaikan penulis melalui konflik yang terjadi pada tokoh.
Buku setebal 544 halaman ini, memang terlihat membosankan. Dimana, pada sepuluh halaman pertama, pembaca sudah disajikan dengan kata-kata yang sulit untuk dicerna dan sulit untuk dimengerti. Karena, kata yang digunakan untuk menggambarkan sebuah kapal, masih terdengar asing untuk orang awam. Mungkin tidak, jika pembaca sudah pernah melihat dan merasakan langsung naik kapal. Namun, ketika membaca lembaran berikutnya, pembaca akan segera tahu, dan dapat mengikuti alur sebuah cerita. Sayangnya, pada konflik yang ditunggu-tunggu tidak terlalu mengejutkan, pada bagian perompak laut membuat kekacauan di dalam kapal. Ceritanya berakhir begitu cepat. Dan cerita selesai setelah berhasil melawan perompak laut. Kisah perjalanan kembali ke Nusantara, hanya diceritakan sebagai epilog saja.
Novel ini sangat bermanfaat karena banyak sekali nilai kehidupan yang dapat diambil. Novel ini juga bersifat mendidik. Novel ini dapat dibaca baik kalangan dewasa maupun remaja. Saya sebagai calon pendidik juga dapat menerima pelajaran yang dapat diambil dari tokoh Bonda Upe dan Bapak Mangoenkoesoemo yang memiliki banyak ilmu pengetahuan, yang mau mengajar dimana pun berada dengan suka rela dan hati yang ikhlas. Sikap tokoh guru di dalam ceirta, ketika menghadapi sebuah masalah dapat menjadi contoh yang baik untuk pendidik agar dapat bersikap kreatif dalam mengajar.
Identitas Buku
Judul Buku : Rindu
Penerbit : Republika
Penulis : Tere Liye
Editor : Andriyati
Cover : Resoluzy
Lay Out : Alfian
ISBN : 978-602-8997-90-4
Jumlah Halaman : 544 Halaman
Tahun Terbit : 2014
Cetakan Pertama : Oktober 2014
Harga : Rp 63.000,-
Novel yang berjudul Rindu karya Tere Liye ini, menceritakan sebuah perjalanan panjang di atas sebuah kapal uap kargo terbesar yang bernama Blitar Holland. Perjalanan jauh dari Pelabuhan Makassar, menuju Surabaya, berhenti di Semarang dan Batavia, melintasi Selat Sunda menuju Lampung, menjelajahi Samudera Indonesia, menyebrangi lautan Pasifik, hingga menuju Jeddah. Penumpang di dalamnya lebih dari seribu, berbagai belahan Nusantara ada di dalamnya. Sudah sejak lama, menunggu perjalanan ini untuk menunaikan ibadah haji.
Buku ini membawa kita masuk ke dalam sejarah. Dimana penulis mengambil latar waktu pada tahun 1938. Saat Indonesia masih dikuasai oleh Belanda. Diceritakan pada zaman itu, bahwa untuk menunaikan ibadah haji, bukan pergi dengan pesawat yang hitungan jam akan sampai. Namun, menggunakan sebuah kapal, dengan perjalanan selama 30 hari ditengah laut. Sembilan bulan kemudian baru kembali lagi ke tanah air dengan gelar Haji.
Penulis membungkus sebuah cerita dengan sangat rapih. Dengan membawa tema sejarah berbalut religi membuat cerita sangat mengesankan. Ketika membaca sampai pada halaman seratus, belum cukup untuk ditebak alurnya. Pembaca akan dibuat bingung dengan alur cerita, dan akan bertanya-tanya dimana letak Rindu dalam cerita ini? Penulis menceritakan dengan alur mundur, memunculkan tokoh-tokoh dalam cerita. Ketika kita mengikuti alur cerita yang dibuat, barulah pembaca akan paham dimana letak rindu itu, dan dapat mengetahui bagaimana karakter tokoh asli pada novel.
Pembaca diajak untuk bermain di dalam alur. Seringkali mencoba menebak kejadian cerita. Namun, Tere Liye berhasil menulis sebuah novelnya dengan teka-teki yang tidak bisa ditebak.
Berbagai peristiwa dimunculkan dengan penuh tanda tanya. Pada saat terjadi kerusakan pada kapal, pembaca akan menebak kapal ini akan tenggelam, seperti cerita Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Sehingga, salah satu tokoh yang selamat akan merasakan rindu pada suatu hari. Namun tidak, itu hanya sebuah tebakan ketika membaca, karena kerusakan pada kapal bukan masalah besar dalam cerita, karna Ambo uleng dapat mengatasi masalah itu dengan baik. Dimana puncaknya adalah ketika para perompak laut memasuki sebuah kapal untuk menguasai kapal secara paksa, yang melibatkan semua penumpang untuk berjuang bersama melawan prompak itu.
Selain itu, tokoh dalam cerita yang bernama Anna dan Elsa. Kakak beradik anak dari Daeng Andipati yang sangat menggemaskan. Tingkahnya yang lucu dan akrab terhadap sesama, banyak disukai oleh penumpang kapal. Istrinya baru diketahui sedang hamil saat tiga hari perjalanan. Istrinya akan kesulitan untuk beraktivitas di dalam kapal, dan artinya ia akan lahir di dalam kapal juga.
Tokoh Gurutta, yang awalnya menjadi salah satu penumpang yang dicurigakan oleh serdadu, namun ia menjadi orang yang paling dihormati di dalam kapal. Karena ilmu agamanya, sikapnya, dan setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya sangat menentramkan jiwa, ialah yang menjadi penasehat di dalam kapal. Namun, ia tertangkap dan sempat dipenjara oleh serdadu Belanda karna menulis sebuah buku tentang Kemerdekaan.
Penulis juga menuangkan kisah pasangan yang sudah tua di dalam kapal, Mbah Putri dan Mbah Kakung. Keduanya merupakan kekasih sejati. Namun, Mbah Putri meninggal diatas kapal saat diperjalanan menuju Jeddah. Membuatnya harus dimakamkan ditengah laut. Mbah Kakung sangat sedih, karena ia ingin dimakamkan di samping istrinya. Namun, setelah ibadah haji selesai. Mbah kakung meninggal saat menuju pulang, ia dimakamkan persis di atas lautan tempat Mbah Putri meninggal. Begitu banyak kisah yang tidak terduga, diselipkan di dalam novel. Bagaimana pemakaman ditengah laut? Kisah ini sekaligus memberikan banyak pengetahuan kepada pembaca.
Kisah perjalanan panjang selama di dalam kapal, dibuat tidak membosankan, meski latarnya hanya itu-itu saja, namun penulis bisa menggambarkan suasana yang berbeda disetiap alurnya. Cerita ini membawa kita untuk menemukan lima jawaban dalam hidup. Arti sebuah kehilangan, arti cinta sejati, arti kebahagiaan, sebuah kenyataan yang harus dihadapi, dan berani bergerak untuk mengambil sebuah kemenangan. Banyak pesan-pesan religi yang disampaikan penulis melalui konflik yang terjadi pada tokoh.
Buku setebal 544 halaman ini, memang terlihat membosankan. Dimana, pada sepuluh halaman pertama, pembaca sudah disajikan dengan kata-kata yang sulit untuk dicerna dan sulit untuk dimengerti. Karena, kata yang digunakan untuk menggambarkan sebuah kapal, masih terdengar asing untuk orang awam. Mungkin tidak, jika pembaca sudah pernah melihat dan merasakan langsung naik kapal. Namun, ketika membaca lembaran berikutnya, pembaca akan segera tahu, dan dapat mengikuti alur sebuah cerita. Sayangnya, pada konflik yang ditunggu-tunggu tidak terlalu mengejutkan, pada bagian perompak laut membuat kekacauan di dalam kapal. Ceritanya berakhir begitu cepat. Dan cerita selesai setelah berhasil melawan perompak laut. Kisah perjalanan kembali ke Nusantara, hanya diceritakan sebagai epilog saja.
Novel ini sangat bermanfaat karena banyak sekali nilai kehidupan yang dapat diambil. Novel ini juga bersifat mendidik. Novel ini dapat dibaca baik kalangan dewasa maupun remaja. Saya sebagai calon pendidik juga dapat menerima pelajaran yang dapat diambil dari tokoh Bonda Upe dan Bapak Mangoenkoesoemo yang memiliki banyak ilmu pengetahuan, yang mau mengajar dimana pun berada dengan suka rela dan hati yang ikhlas. Sikap tokoh guru di dalam ceirta, ketika menghadapi sebuah masalah dapat menjadi contoh yang baik untuk pendidik agar dapat bersikap kreatif dalam mengajar.
Komentar
Posting Komentar